Beberapa Kebiasaan Driver Penyebab Kendaraan Besar ‘Rem Blong’ Di Turunan (3)

Beberapa Kebiasaan Driver Penyebab Kendaraan Besar ‘Rem Blong’ Di Turunan (3)
Perlunya cek berkala dan pembekalan pengetahuan soal teknis kendaraan
 

Pekan lalu ada kejadian sebuah truk yang meluncur tanpa sopir di turunan ruas tol Semarang Batang. Tepatnya di Km 413 B, truk berhenti di titik  Km 413+800 B saat pagi hari.

Terlepas tidak adanya korban jiwa dan kerusakaan besar, kejadian itu bak mengingatkan lagi bahwa aktivasi sistem pengereman untuk kendaraan bertonase besar seperti truk maupun bus sangat vital.

Terbilang sering mendengar kejadian ‘rem blong’ dari bus ataupun truk di jalur menurun. Baik dari posisi statis, yang sering terjadi, kendaraan besar itu gagal berhenti sebagaimana mestinya sehhingga mengakibatkan kecelakaan.

Kebiasaan fatal: Menetralkan posisi gigi transmisi

Jusri Pulubuhu, instruktur senior keselamatan berkendara dan juga pendiri Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC) dalam satu kali kesempatan pernah menyitir kebiasaan buruk pengemudi bus maupun truk sata melintasi jalan menurun.

"Kebiasaan tersebut adalah menetralkan posisi gigi di turunan," ujar Jusri Pulubuhu. Ia mengungkapkan pula bahwa kebiasaan itu dilakukan oleh nyaris semua supir kendaraan berat di Indonesia.

Alasan yag kerap dikemukanan, masih menurut Jusri, penggunaan transmisi netral saat turunan sendiri bertujuan untuk menghemat BBM di perjalanan. Karena putaran mesin lebih rendah, sehingga konsumsi BBM makin irit.

Alasan klasiknya, para pengemudi ‘dipaksa’ menghemat pengeluaran BBM karena sistem 'uang solar' yang diterapkan perusahaan. Misalnya, ada jatah pengeluaran solar yang diberikan oleh perusahaan. Nah, pengemudi itulah akan berusaha agar uang solar yang dikeluarkan jauh lebih sedikit. Sehingga sisa uang jatah di perjalanan itu bisa dipakai untuk kebutuhan yang lain.

“Sayangnya, efek gigi netral di turunan terbilang berbahaya. Karena otomatis kendaraan hanya akan mengandalkan sistem rem yang ada untuk deselerasi. Tak ada bantuan fungsi  engine brake,” analisa Jusri lebih lanjut.

"Kemampuan rem akan menyusut, atau terjadi brake fading atau blong. Padahal, beban yang dibawa terkadang lebih berat dari kemampuan truk. Semakin berat bebannya, maka makin berat juga kerja rem. Ini yang berujung seringnya ‘rem blong’ di turunan," urai Jusri.

Minyak rem perlu diperbaharui secara berkala

Novarian Praputranda, Aftermarket Marketing Section Head PT Indosarana Lokapratama saat ditemui diperhelatan GIIAS 2023 (24/9) menjelaskan pentinya pantauan atas kondisi minyak rem di bus dan truk. Khususnya soal spesifikasi produk.

"Untuk bus dan truk tentu membutuhkan kinerja pengereman yang lebih ‘panas’ karena beban (angkut) lebih berat sehingga butuh titik didih yang lebih tinggi,” jelas pria yang menggawangi minyak rem merek Seiken ini.

Angkanya harus bisa bereaksi maksimal di atas 250 derajat celsius suhu yang bisa ditoleransi menurut Novarian.  "Rem (kaliper) itu kan panas, dia akan mendidih jadi tidak boleh pakai minyak rem yang boiling point-nya rendah nanti bisa menyebabkan ‘rem blong’ atau dikenal ‘rem masuk angina;. Saat injak rem, yang diinjek itu anginnya kan dia berbuih, nah ini yang tidak boleh, “wantinya.

Memang, perawatan sistem pengereman memang termasuk tidak murah jika ditilik dari segi biaya operasional sebuah kendaraan berdimensi besar. Beberapa kasus yang pernah kami temui, seal di sistem rem pake gak orisinal agar biaya perawatan murah, ditambah cairan rem pun menggunakan kualitas rendah agar seall yang enggak ori itu gak cepet rusak,” imbuh Dhany Ekasaputra, Manager Promosi PT Autochem Industry.

Padahal dengan memakai cairan atau minyak rem yang bermutu saja, soal perawatan berkala tetap harus dilakukan. Formula kimia dalam minyak rem ada masa pakainya.

Jika dipaksakan, tekanan rem bisa hilang d karena standar mutu aktual minyak rem menurun. Oleh sebab itu, sebaiknya minyak rem dikuras dan diganti seluruhnya dalam jangka waktu tertentu sesuai pentunjuk pabrikan kendaraan.

Baca juga: Salah Kaprah! Penggunaan Truk Tronton Angkut Kontainer

Baca juga: Sabuk Pengaman Di Bus, Penting Tapi Masih Disepelekan